Infrastruktur Keairan
Latar Belakang
Pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan penting untuk memperhatikan kaidah-kaidah pemanfaatan dan menjamin ketersediaan dan kesinambungan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya yang ada. Upaya
pengelolaan diukur dengan menetapkan standar indikator capaian pengelolaan kawasan konservasi. Efektivitas pengelolaan dibagi dalam 5 tingkat berdasarkan parameter; SK Pencadangan, Lembaga Pengelola,Rencana Pengelolaan, Penguatan
Kelembagaan (Kemitraan, Jejaring & SDM), Upaya Pengelolaan, Infrastruktur dan Sarana Pengelolaan.
Dalam mencapai penilaian tersebut yang dinilai salah satunya yakni infrasturktur dan sarana pengelolaan. Pengelolaan infrastruktur dan fasilitas
menjadi salah satu tolak ukur dalam mengefektifkan pengelolaan dan memberikan tata cara penataan terhadap kepemilikan aset oleh pengelola kawasan konservasi
Tujuan
Memberikan acuan kepada pengelola dalam mengelola fasilitas dan
infrastruktur yang dimiliki sehingga aset yang telah dimiliki bisa mendukung
Infrastruktur Pengolahan Air limbah Domestik
Infrastruktur pengolahan air limbah domestik merupakan bagian dari infrastruktur sanitasi perumahan yang penting untuk diaplikasikan, khususnya terkait dengan
permasalahan pencemaran badan air, pencemaran tanah, dan pencemaran air tanah. Sub bab ini menjelaskan hierarki dan kelengkapan infrastruktur air limbah
domestik, pendekatan teknologi tepat guna dan keberlanjutan dalam penerapan infrastruktur air limbah domestik, tantangan penerapan infrastruktur air limbah
domestik di kawasan spesifik perairan, dan aplikasi pengolahan air limbah domestik di kawasan spesifik perairan.
II.2.1 Hierarki dan Kelengkapan Infrastruktur Air limbah Domestik
Sperling (2007) menyebutkan bahwa terdapat dua alternatif sistem terkait
pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan air limbah domestik, yaitu :
Tipe aplikasi sistem pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan air limbah yang diterapkan di Amerika (United State) dijelaskan pada Tchobanoglous dkk (2013) yang secara detail menggolongkannya menjadi empat tipe, yaitu :
Pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan penting untuk memperhatikan kaidah-kaidah pemanfaatan dan menjamin ketersediaan dan kesinambungan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya yang ada. Upaya
pengelolaan diukur dengan menetapkan standar indikator capaian pengelolaan kawasan konservasi. Efektivitas pengelolaan dibagi dalam 5 tingkat berdasarkan parameter; SK Pencadangan, Lembaga Pengelola,Rencana Pengelolaan, Penguatan
Kelembagaan (Kemitraan, Jejaring & SDM), Upaya Pengelolaan, Infrastruktur dan Sarana Pengelolaan.
Dalam mencapai penilaian tersebut yang dinilai salah satunya yakni infrasturktur dan sarana pengelolaan. Pengelolaan infrastruktur dan fasilitas
menjadi salah satu tolak ukur dalam mengefektifkan pengelolaan dan memberikan tata cara penataan terhadap kepemilikan aset oleh pengelola kawasan konservasi
Tujuan
Memberikan acuan kepada pengelola dalam mengelola fasilitas dan
infrastruktur yang dimiliki sehingga aset yang telah dimiliki bisa mendukung
Infrastruktur Pengolahan Air limbah Domestik
Infrastruktur pengolahan air limbah domestik merupakan bagian dari infrastruktur sanitasi perumahan yang penting untuk diaplikasikan, khususnya terkait dengan
permasalahan pencemaran badan air, pencemaran tanah, dan pencemaran air tanah. Sub bab ini menjelaskan hierarki dan kelengkapan infrastruktur air limbah
domestik, pendekatan teknologi tepat guna dan keberlanjutan dalam penerapan infrastruktur air limbah domestik, tantangan penerapan infrastruktur air limbah
domestik di kawasan spesifik perairan, dan aplikasi pengolahan air limbah domestik di kawasan spesifik perairan.
II.2.1 Hierarki dan Kelengkapan Infrastruktur Air limbah Domestik
Sperling (2007) menyebutkan bahwa terdapat dua alternatif sistem terkait
pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan air limbah domestik, yaitu :
- Sistem pengumpulan terpusat (off-site collection system), yang terdiri dari sistem penyaluran terpisah dan kombinasi (tercampur), danS
- Sistemsetempat (on-site system). Konsep serupa juga disampaikan pada Mara (2003), yaitu sistem terpusat umum digunakan pada kota kebanyakan kota di negara industri, disebutkan penggunaan satu fasilitas pusat pengolahan air limbah yang membutuhkan sistem perpipaan yang panjang (dan mahal), juga menggunakan sistem pemompaan, untuk menyalurkan air limbah dari seluruh kota ke fasilitas tersebut, sedangkan sistem desentralisasi (decentralized) dapat menjadi alternatif yang lebih murah pada negara berkembang (juga dapat diterapkan pada negara industri). Sistem desentralisasi pada Mara (2003) dijelaskan sebagai instalasi yang melayani satu atau sejumlah kecil bak penampung air limbah dan drainase, sehingga merupakan sistem perpipaan yang lebih sederhana dengan daerah layanan yang lebih kecil dari skala kota.
Tipe aplikasi sistem pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan air limbah yang diterapkan di Amerika (United State) dijelaskan pada Tchobanoglous dkk (2013) yang secara detail menggolongkannya menjadi empat tipe, yaitu :
- Sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat (centralized), yaitu untuk sistem pengumpulan dan drainase air limbah, dan terkadang air hujan, dari kawasan besar (umumnya transportasi urban dan peri-urban), menggunakan jaringan yang luas meliputi pemompaan dan perpipaan untuk penyaluran ke lokasi pusat untuk pengolahan dan reklamasi, umumnya dekat dengan titik pembuangan air permukaan (65%).
- Sistem pengelolaan air limbah domestik satelit (satellite), yaitu fasilitas pengolahan terhubung pada hulu sistem pengumpulan air limbah domestik terpusat dan digunakan untuk reklamasi air di dekat titik penggunaan kembali air (water reuse). Sistem ini umumnya tidak memiliki fasilitas pengolahan padatan, padatan dikembalikan ke sistem pengumpulan untuk diproses pada sistem pengolahan terpusat pada hilir (4-5%).
- Sistem pengelolaan air limbah domestik desentralisasi (decentralized), yaitu sistem yang berdiri sendiri digunakan untuk mengolah air limbah debit kecil tersebar, sebagai contoh rumah (individu), kelompok perumahan (cluster dan sistem desentralisasi berbasis masyarakat (26-28%).
- Sistem pengelolaan air limbah hibrida (hybrid), yaitu sistem yang menyatukan fasilitas terpusat, satelit, dan desentralisasi untuk pengoptimalan sistem pengelolaan air dan air limbah. Fasilitas terpusat digunakan dalam proses kelebihan debit, biosolid, dan penggunaan kembali energi (1-2%).
Pada Tilley (2008), kelengkapan infrastruktur air limbah domestik dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok fungsi (functional group), yaitu :
- Penghubung pengguna (user interface)
Menjelaskan tipe toilet, alas/tumpuan, atau urinoar yang secara langsung berhubungan dengan pengguna; merupakan cara pengguna mengakses sistem sanitasi. Dalam berbagai kasus, pilihan fungsi ini bergantung pada ketersediaan air.
- Pengumpulan dan Penyimpanan/Pengolahan (collection and storage/treatment)Menjelaskan cara pengumpulan, penyimpanan, dan terkadang disertai pengolahan produk yang didapatkan dari kelompok fungsi satu. Pengolahan yang didapatkan pada teknologi kelompok fungsi dua ini umumnya merupakan fungsi penyimpanan dan bersifat pasif (tidak memerlukan input energi). Produk yang telah diolah umumnya memerlukan pengolahan lanjutan sebelum dapat dibuang
- Pengangkutan (conveyance)
Menjelaskan fungsi pengangkutan produk dari satu kelompok fungsi ke kelompok fungsi yang lain. Walaupun kebutuhan pengangkutan terjadi pada setiap tahap fungsional, namun yang terpanjang dan dianggap paling penting adalah di antara pengumpulan dan penyimpanan/pengolahan, sehingga untuk menyederhanakan dibatasi sebagai proses pengangkutan produk pada tahap ini.
- Pengolahan (Semi-) terpusat
Mengacu pada teknologi pengolahan yang umumnya sesuai untuk kelompok pengguna yang lebih besar (beberapa rumah). Operasional, pemeliharaan, dan
kebutuhan energi untuk teknologi pada kelompok fungsional ini lebih intensif. Teknologi kelompok ini dibagi menjadi dua, yaitu teknologi yang
utamanya mengolah air limbah (blackwater) dan teknologi yang utamanya mengolah lumpur.
- Penggunaan dan/atau pembuangan
Mengacu pada metoda dalam mengembalikan produk akhir pada lingkungan, baik sebagai bahan yang fungsional (dapat digunakan kembali) maupun material yang telah diminimalisasi resikonya. Selanjutnya, produk dapat
digunakan kembali pada sistem (contoh air sisa cucian untuk penggelontoran).
Kelima aspek dalam Tilley dkk (2008) merupakan rangkaian infrastruktur air limbah. Dengan lima aspek kelengkapan yang digunakan, disusun enam jenis
sistem/infrastruktur air limbah domestik, yaitu
- Sistem satu lubang (single pit system),
- Sistem tanpa air dengan lubang alternatif,
- Sistem toilet sentor dengan cubluk kembar,
- Sistem tanpa air dengan pemisahan urin,
- Sistem pengolahan tinja/blackwater dengan sistem infiltrasi,
- Sistem pengolahan tinja/blackwater dengan penyaluran/perpipaan (sewerage).
Komentar
Posting Komentar